Kaos Orek-Orek - Limited Edition
Edisi : 02.3.09
Judul : Pemilu, Penuh Mimik Lucu
Kategori: dewasa
Tersedia warna : putih.
Tersedia ukuran: all size
Harga: Rp. 119.900,- (sudah termasuk ongkir dalam negeri)

Latar Desain
2009. Musim pemilu datang lagi. Pemilu Legislatif kali ini semarak dengan makin banyaknya partai peserta. Lha wong sistem memang sudah memberi peluang, termasuk memberi peluang bagi siapa pun yang berminat mencalonkan diri. Siapa pun! Mudah kok persyaratannya, nggak perlu punya pengalaman berpolitik atau pengalaman pernah menjadi pejabat publik, pokoknya nggak perlu pengalaman macem-macem, yang penting minat dan punya “syarat”!

Tidaklah aneh ketika banyak yang mengalami peristiwa: 'lhoh, itu kan si Polan, tukang sayur yang punya sambilan main kethoprak, kok tiba-tiba nyaleg?!” Hati kita pun geli. Mimik wajah yang berpose simpatik itu seketika justru berubah lucu di mata kita. Dan kali peristiwa semacam itu tak lagi hanya terjadi satu-dua, tapi sulit terhitung jumlahnya. Manakala semua terkumpulkan, maka pemilu kali ini sesungguhnya benar-benar: PENUH MIMIK LUCU

*****

Kaos Orek-Orek - Limited Edition
Edisi : 01.2.09
Judul : Demokrasi Artinya Pesta Coblosan
Kategori: dewasa
Tersedia warna : putih, kuning.
Tersedia ukuran: all size
Harga: Rp 119.900,- (sudah termasuk ongkir dalam negeri)

Latar Desain
Bima, tokoh pewayangan berkarakter lugas pejuang kebenaran dan kebaikan. Ketajaman kuku Pancanaka di kedua tangannya adalah letak kekuatannya yang tak pernah salah dalam memilah dan memilih antara benar-salah baik-buruk. Namun bila mana lengan itu patah?

Sebagaimana patahnya lengan demokrasi. Demokrasi konon merupakan sebuah sistem untuk menemukan manusia terbaik, tujuan terbaik dan cara terbaik dalam membina sebuah peradaban. Coblosan dalam Pemilu merupakan ritual tertinggi yang digempitakan dengan seruan Pesta Demokrasi! Orang ingin dicoblos guna memberikan yang terbaik, orang mencoblos guna mendapatkan yang terbaik. Namun ketika yang terbaik itu sudah tidak lagi menjadi satu pandangan, pemahaman akan cita-cita demokrasi tertanggalkan. Maka ritual itu pun tidak layak lagi diserukan sebagai Pesta Demokrasi, melainkan sekadar: PESTA COBLOSAN!

*****